Saham Disney Jadi Pemberat Wall Street Dibuka Variatif

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) bergerak variatif pada pembukaan perdagangan Kamis (11/11/2021), di tengah menguatnya kembali saham teknologi setelah kemarin terpukul oleh sentimen inflasi.

Indeks Dow Jones Industrial Average tertekan pada pukul 08:30 waktu setempat (20:30 WIB) dan selang 20 menit menjadi 46,6 poin (-0,13%) ke 36.033,39 sementara S&P 500 tumbuh 11,9 poin (+0,26%) ke 4.658,61. Nasdaq lompat 116,3 poin (+0,74%) ke 15.739,03.

Saham Disney anjlok 8% di sesi pembukaan setelah perseroan melaporkan kinerja laba bersih dan pendapatan kuartal III-2021 yang meleset dari perkiraan pasar. Jumlah pelanggan Disney+ juga tidak sesuai dengan ekspektasi.


Mayoritas indeks acuan bursa pada Rabu kemarin melemah setelah inflasi dilaporkan lebih tinggi dari perkiraan pasar, sehingga memicu kenaikan imbal hasil (yield) obligasi. Kenaikan tersebut akan memukul kinerja saham teknologi yang memang rakus dengan pendanaan berbasis utang.

Indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 240 poin, S&P 500 drop 0,8%, Nasdaq ambles 1,7%. Pemberatnya adalah saham Meta Platforms (induk usaha Facebook), Amazon, Apple, Netflix, Microsoft dan Alphabet (induk usaha Google).

Namun hari ini, saham teknologi berbalik menguat di mana Nvidia melesat 2% lebih dan AMD tumbuh 1%, diikuti saham Meta dan Alphabet yang juga bergerak di teritori positif. Saham Tesla melejit 1% setelah sang pendiri yakni Elon Musk melepas sahamnya sebesar US$ 5 miliar.

Indeks harga konsumen (IHK) AS dilaporkan melesat 6,2% secara tahunan (year-on-year/yoy), atau lebih panas dari estimasi ekonom dalam polling Dow Jones yang memperkirakan angka 5,9%. Angka itu merupakan yang tertinggi sejak 1990. Secara bulanan, inflasi naik 0,9% atau di atas estimasi pasar sebesar 0,6%.

Di sisi lain, pemerintah China melaporkan IHK naik 1,5% secara tahunan (year-on-year/YoY) di bulan Oktober, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 0,7% YoY serta dibandingkan hasil polling Reuters terhadap para ekonom yang memprediksi 1,4% YoY.

"Inflasi masih tinggi, mengejutkan banyak pihak yang memperkirakan indeks harga konsumen akan melemah segera," tutur Ryan Detrick, Kepala Perencana Pasar LPL Financial seperti dikutip CNBC International.

Pembatasan sosial di ekonomi senilai US$ 20 triliun tersebut, lanjut dia, akan memberikan dampak lonjakan inflasi ketika ekonomi kembali pulih. Kenaikan inflasi tersebut memicu pertaruhan bahwa suku bunga acuan akan dinaikkan lebih cepat, yakni pada Juli tahun depan.

Di tengah situasi demikian, investor menghindari risiko gerusan inflasi dengan memburu aset-aset yang anti-inflasi seperti emas dan bahkan mata uang kripto.

TIM RISET CNBC INDONESIA


[Gambas:Video CNBC]

(ags/ags)

0 Response to "Saham Disney Jadi Pemberat Wall Street Dibuka Variatif"

Post a Comment